Senin, 18 Januari 2016

6. Kaum 'Aad di negeri Al-Ahqof

Firman Alloh dalam Al-qur'an yang artinya :
"Dan (Kami tidak mengutus) kepada Kaum 'Aad saudara mereka Hud, Ia (Nabi Hud) berkata: "Hai Kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain darinya, maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepadanya?". [Q.S. Al-A'raaf: 65].

Manusia di zaman itu telah merendahkan derajatnya sebagai makhluk ciptaan Alloh yang paling mulia, diantara bangsa yang paling rusak moralnya adalah Kaum 'Aad.
Negeri mereka bernama Al-Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Oman sekarang, di sebelah utara hadramaut dalam kawasan Jazirah Arab.
Negeri ini sangat makmur dan subur. Penduduk negeri itu banyak yang kaya-raya, rumah mereka bagus-bagus, terdiri dari gedung-gedung yang indah.
Namun sayang, mereka tak pernah bersyukur kepada Alloh. Mereka malah menjadi jahat dan zalim kepada sesama manusia.
Yang lebih keji lagi, mereka menciptakan tuhan sendiri dari batu yang dibentuk sebuah patung diberi nama Shamud dan Al-Hattar.
Karena kepercayaan yang sesat itu, maka iblis mendapat tempat yang leluasa untuk menjerumuskan mereka ke lembah dosa, sesat, keji.
Tidak heran jika hanya kekacauan dan kezaliman yang merajalela pada sekelompok Kaum 'Aad itu.
Bagi kebanyakan dari sekelompok Kaum 'Aad, iman dan keluhuran moral tidak penting, yang jadi ukuran mereka adalah orang yang berharta banyak dan kekuatan tubuhnya. Bangsa 'Aad memang terkenal kuat tenaganya dan badannya besar.
Akibat pandangan hidup yang keliru itu sering timbul pemerkosaan.
Perbuatan sewenang-wenang, yang kuat menindas yang lemah.
Atas tindakan perilaku Bangsa 'Aad yang telah melampaui batas ini, maka Alloh mengutus Nabi Hud a.s. ,Tugasnya memberi peringatan kepada mereka agar beriman dan menuntun mereka ke jalan yang diridhoi Alloh.
Nabi Hud seorang penyabar, lapang dada, berbudi mulia, penyantun dan pengasih, cerdas, bijak dan kritis.
Dengan hanya mencari Ridho Alloh, Nabi Hud a.s. berdakwah.
Nabi Hud berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Alloh tuhan yang menciptakan kamu dan alam semesta ini...!
Nabi Hud a.s. kemudian menjelaskan bahwa dirinya adalah Rosululloh. Ia diutus untuk membawa bangsanya ke jalan yang benar, yaitu jalan Alloh yang menciptakan mereka.
Nabi Hud berkata: "Wahai kaumku.....aku tidak minta apa-apa darimu, upahku tidak lain, hanya dari Alloh yang menciptakanku dan alam ini.
Mendengar seruan Nabi Hud a.s. itu Kaum 'Aad hanya tersenyum sinis, bahkan mereka mengira Nabi Hud a.s. mengada-ada.
"Sst, tentu dia iri melihat kita kaya."
"Maunya demikian tapi tidak kecapaian."
Kepada kaumnya Nabi Hud a.s. mengingatkan atas adanya azab dari Alloh yang menimpa pada zaman Nabi Nuh.
Nabi Hud berkata: "Bukankah kalian telah tahu atas bangsa yang tertimpa azab Alloh? semua itu merupakan peringatan agar manusia beriman. Sadarlah bahwa berhala yang engkau tuhankan itu hanya tipu daya setan belaka. Berimanlah kepada Alloh, dialah Tuhan yang Maha Esa, dia tidak beranak dan tidak pula diper-anak-kan dan tidak pula ada sekutu baginya. Dan Alloh akan mengampuni dosa atas suatu kaum, jika mereka mau bertobat."
Hanya beberapa orang saja yang mau mendengar dan peduli atas seruan Nabi Hud a.s. , kebanyakan dari mereka menolak, bahkan mengatakan Nabi Hud a.s. telah menjadi gila karena durhaka kepada berhala tuhan mereka.
"Mungkin dia sudah gila!"
"Akalnya sudah tak waras...." 
"Ceritamu itu hanya bohong belaka Hud...! Hai Hud, ajaran apa yang kau sampaikan kepada kami?"
"Kamu ingin agar kami meninggalkan tuhan kami" 
"Kamu ajak kami menyembah tuhanmu yang tidak dapat kami lihat itu?, sungguh tuhanmu itu tidak mempunyai kekuasaan nyata, seperti tuhan kami Hud....!"  
 Nabi Hud menjawab sanggahan kaumnya :
"Hai kaumku! tuhankulah yang Maha Kuasa, biarpun kamu tidak dapat melihat dan memegangnya..!
"Tapi kamu dapat merasakan kekuasaannya dalam dirimu dan alam ciptaannya."
"Perhatikan alam sekitar yang berupa matahari, bintang, bulan, sungai, tetumbuhan, ikan dan gunung-gunung. apakah semua itu kurang cukup bukti bahwa semua itu ada yang menciptakan? dialah ILAHI RABBI yang Maha Kuasa yang patut disembah namun kenapa kalian tetap bertahan dengan kesesatanmu itu? ikutilah ajakanku!"
"Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Alloh" 
Dari tahun ke tahun Nabi Hud a.s. berjuang menyadarkan kaumnya yang sesat dan ingkar, tetapi hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil Nabi Nuh selama 500 tahun berdakwah.
Bangsa 'Aad tetap keras kepala, bahkan mereka semakin sombong, angkuh serta tidak mempunyai perasaan kasih sayang sama sekali. Iblis rupanya benar-benar merasuk dan merajalela serta menguasai jiwa mereka.
Hingga pada suatu saat...
Kaum 'Aad: "Hai Hud, pikiranmu sudah kacau!...........lebih dari itu kau sudah gila, hai hud!
Kaum 'Aad: "Karena kamu telah berani menghina berhala kami, akalmu benar-benar telah rusak...."
Kaum 'Aad: "Kau sudah gila!, ucapanmu tidak masuk akal...!"
Kaum 'Aad: "Kami menentangmu sekarang, datangkanlah azab tuhanmu itu jika kau benar-benar tidak gila dan pembohong...!
Nabi Hud: "Astaghfirulloh"
Pemuka-pemuka bangsa 'Aad benar-benar sudah tidak dapat diubah kesesatannya. Dan amat melampaui batas. Hingga akhirnya Nabi Hud menyadari bahwa kaumnya sangat keras kepala. Semakin diberi penerangan semakin buta hati mereka, semakin bertambah keras kepala.
Nabi Hud a.s. sekarang sadar, bahwa kaumnya memang kebanyakan tidak mau menerima kebenaran sejati maka....
Nabi Hud: "Baiklah jika kamu tidak mau mendengar seruanku. Jika kamu tidak meninggalkan berhalamu dan keingkaranmu itu maka tunggulah pembalasan tuhanku...! dan kamu tidak akan dapat meloloskan diri. Alloh s.w.t Tuhanku menjadi saksi bahwa aku telah menyampaikan risalahnya padamu akan tetapi kamu malah menentang Tuhanku."
Setelah itu Nabi Hud a.s berdo'a kepada Alloh :
"Ya Alloh tolonglah aku, karena mereka telah berbuat durhaka..."
Alloh kemudian berfirman.....
".......dalam tempo yang singkat mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal."
Janji tuhan selalu tepat, dalam kurun waktu yang tidak lama. Alloh mulai menurunkan azab sebagai peringatan kepada bangsa 'Aad dengan datangnya musim kemarau (kering) yang bukan waktunya.
Panas matahari luar biasa teriknya. Air sungai menjadi kering dan sumur-sumur tidak mengeluarkan air. Azab seperti itu saja sudah banyak orang yang kebingungan dan teramat susah.
Kaum 'Aad: "Rupanya apa yang dikatakan Hud itu benar-benar adanya. Apalagi kita telah berani menantang tuhannya."   
Adanya musim kemarau yang berkepanjangan itu menjadikan ternak mereka banyak yang mati kehausan, serta sawah ladang mereka yang subur mati meranggas.
Sungguh pun Alloh telah mendatangkan azab pada mereka, namun kebanyakan dari mereka sekelompok orang dari Kaum 'Aad tetap tidak sadar atas keingkaran dan kesesatannya.
Bukannya mereka bertobat serta minta ampun kepada Alloh, mereka malah bersujud dihadapan berhala.
Mereka memohon agar malapetaka yang berupa kekeringan itu cepat sirna dan berubah menjadi hujan.
Kaum 'Aad: "Hai berhala, berilah kami hujan!"
Tak lama berselang bangsa 'Aad melihat awan hitam membentang di atas negeri mereka, gumpalan awan hitam itu amat tebal dan memanjang, mereka berlarian bersorak sorai dengan riangnya. Mereka mengira hujan akan segera turun...?.
Dan itu sebagai pertanda bahwa berhala tuhan mereka telah mengabulkan permintaanya, seraya berkata kepada Nabi Hud dengan sombong...
Kaum 'Aad: "Hai Hud...! lihatlah ke langit awan hitam dengan tebalnya...!."
Kaum 'Aad: "Hujan pasti turun...! Tuhan kamilah yang mengabulkan permintaan kami." 
Nabi Hud: "Ketahuilah! awan hitam itu bukanlah awan yang membawa rahmat bagimu! tetapi itulah awan yang akan menghancurkan kamu sekalian...!
Nabi Hud (dengan tenang menegaskan kembali akan datangnya azab): "Tunggu yah, sebentar lagi azab Alloh yang kalian minta itu pasti akan tiba...!
Mendengar ucapan Hud itu Kaum 'Aad bukannya sadar, mereka malah marah dan akan mencelakakan Nabi Hud.
Akan tetapi sebelum sempat mereka melakukan sesuatu kepada Nabi Hud, tiba-tiba datanglah angin topan bertiup kencang sekali, suara gemuruh yang menakutkan, angin itu dingin sekali rasanya lebih dingin daripada es.
Azab Alloh yang berupa angin dingin itu menerbangkan apa saja yang menghalanginya. Kaum 'Aad menjadi panik, mereka saling mengamankan diri dengan berlindung di dalam rumahnya yang kokoh.
Tetapi angin dingin itu bertiup luar biasa kencangnya, gedung-gedung mereka tak kuasa menahannya, bumi pun ikut berguncang, sehingga gedung-gedung mereka yang kuat pun akhirnya roboh menimbun mereka sendiri.
Selama tujuh hari delapan malam topan dingin itu, meluluh lantakkan seluruh negeri itu, bukan hanya rumah, bahkan berhala Shamud dan Al-Hattar, pohon-pohon pun ber-terbangan kemana-mana.
Terdengar jerit dan tangis, teriakan putus asa dan penyesalan tiada hentinya. Tapi semua telah terlambat, Alloh telah menjatuhkan azabnya kepada bangsa 'Aad yang durhaka dan ingkar itu...!
Sementara itu Nabi Huud a.s. dan beberapa pengikutnya selamat.
Kaum 'Aad yang beriman: "Alhamdulillahi robbil 'alamiin, kita selamat"    
Mereka tidak tertimpa sebutir batu ataupun terhempas angin, mereka cuma mendengar jerit tangis memilukan serta gemuruh angin kencang serta gema gedung-gedung yang roboh.
Setelah tujuh hari delapan malam, topan dingin itu berhenti bertiup. Dimana-mana mayat bergelimpangan, tertimbun batu bangunan atau pepohonan.
Karena negeri itu sudah rusak binasa, tidak baik lagi untuk bertempat tinggal. Maka Nabi Hud dan pengikutnya pindah ke Hadramaut, disana mereka hidup sampai beranak cucu dan sentosa.
Nabi Hud a.s. wafat di Hadhramaut, Yaman. wafat dalam usia 130 tahun (sekitar 2450-2320 SM).

Hikmah :
Keahlian Kaum Aad yang paling terkenal adalah di bidang arsitek dan pembangunan. Selain memiliki kemajuan material yang luar biasa, mereka juga bersekutu dengan kebejatan moral yang besar dan ritual cabul. Din (sistem hidup / Undang-undang) hanya dari patung-patung berhala, bagi kebanyakan Kaum 'Aad, ajaran Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka.  
 


 
    
 

Kamis, 14 Januari 2016

5. Berimannya Tukang Sihir Fir’aun

Raja Fir’aun adalah penguasa Mesir yang zalim, sombong, dan takabur karena memiliki ratusan tukang sihir yang sakti. Sebagian besar rakyat Mesir takut dengan kekuasaan yang dimiliki Fir’aun. Kecuali Nabi Musa dan para pengikutnya yang taat pada Alloh S.W.T.; Karenanya, Fir’aun menganggap Nabi Musa sebagai ancaman bagi kekuasaannya.
Karena merupakan ancaman serius, Fir’aun berniat mencelakai Nabi Musa A.S.; ia berniat mengumpulkan para tukang sihirnya untuk beradu kekuatan dengan Nabi Musa. “Hai Musa, aku akan mengumpulkan para tukang sihir terbaikku untuk mencelakaimu. Sesungguhnya ada 2 orang tukang sihir yang terbaik diantara mereka. Mereka akan mengusirmu dari negeriku.” Kata Fir’aun dengan sombong.
Mendengar ancaman itu, Nabi Musa menjawab: “Sesunggunya aku berlindung kepada Alloh; Tuhanku yang Maha Perkasa dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri karena tidak beriman kepadaNya.”
Fir’aun mulai mengumpulkan ratusan tukang sihirnya. Ketika mereka sudah berkumpul, Fir’aun mendatangi Nabi Musa: “Hai Musa, tunjukkan kekuatanmu dan Tuhanmu! Sekarang, kamu yang akan melemparkan tongkat mukjizatmu atau kami yang akan memberi pelajaran terlebih dahulu?” tantang Fir’aun.
Mendengar kesombongan mereka, Musa menjawab: “Kalian yang memulai permusuhan ini, maka lakukanlah apa yang akan kalian sombongkan kepada Alloh dan diriku.”
Mulailah para tukang sihir itu membaca mantra-mantra, “jadilah ular-ular dan telanlah Nabi Musa yang telah mendustai berhala kami!”. Melihat ular-ular sihir mulai menyerang dirinya, Nabi Musa mulai ketakutan. Tapi Alloh menenangkan hati Nabi Musa dan berfirman,
“Janganlah kamu takut! Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang), dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesunggunya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, darimana saja ia datang.” (Thoha [20]: 68-69)
Nabi Musa segera mengikuti perintah Alloh. Tiba-tiba tongkat yang dilemparkannya berubah menjadi seekor ular besar dan menelan semua ular-ular sihir tersebut. Alangkah terkejutnya para tukang sihir Fir’aun. Melihat kejadian tersebut mereka ketakutan. Akhirnya, mereka mengaku kalah dan bersujud. “Karena kesombongan kami maka kami tersesat. Mulai sekarang kami beriman kepada Tuhan semesta alam. Sesungguhnya kami akan kembali kepada kekuasaan Alloh yang maha perkasa.” ujar mereka pada Nabi Musa.
“Alloh Maha Pengampun. Kalian jangan melakukan perbuatan yang tidak terpuji terhadap Alloh, karena Alloh akan membinasakan kalian semua.” Ucap Musa. Para Tukang sihir itu kemudian
berkata kembali: “Wahai Rosul Alloh, sesungguhnya kami telah beriman kepada Alloh agar diampuni kesalahan-kesalahan kami.”
Sambil menatap para tukang sihir tersebut satu per satu, Musa berkata: “Tuhan Maha Pengampun. Kalian lebih beruntung karena bertaubat ketika beriman dan beramal saleh kepada-Nya.” Alloh berfirman :
“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barangsiapa datang kepadanya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia) yaitu surga ‘Adn, yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal didalamnya. Itulah balasan bagi orang-orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” (Q.S. Thoha [20]: 74-76)
Hikmah Cerita :
Orang-Orang yang patuh menjalankan perintah Alloh tidak perlu gentar menghadapi tantangan seberat apapun. Apabila kita melakukan kesalahan, takutlah karena Alloh. Pertolongan Alloh akan datang jika kita berdo’a kepadanya.

4. Nabi Isma’il mendapat perintah berqurban

Kisah ini dikisahkan oleh Allah pada salah satu ayat-Nya, yang berbunyi :
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” (Ash-Shaffaat 102).
Nabi Isma'il sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya :
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Ash-Shaaffaat 102).
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Isma'il, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah Parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati dia menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Isma'il dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul di leher Nabi Isma'il dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya :
“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah melaksanakan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (Ash-Shaaffaat 104-106)
Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa, Isma'il telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor domba yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh dia dengan parang yang tumpul di leher puteranya Isma'il itu, dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap Hari Raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.

3. Nabi Ibrahim menghancurkan berhala


Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah Azar, ayahnya sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk memasuki kepercayaan baru menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ibrahim pun diusir dari rumah.
Ibrahim merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan mereka menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk Babylonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama berhari-hari. Ibrahim lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan merusak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar. Oleh Ibrahim, di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak.
Akibat perbuatannya ini, Ibrahim ditangkap dan diadili. Namun ia menyatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahwa berhala tidak mungkin dapat ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim Alaihissalam mengemukakan pemikirannya yang berisi dakwah menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Hakim memutuskan Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat itulah mukjizat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala turun. Atas perintah Allah, api menjadi dingin dan Ibrahim pun selamat. Orang ramai tercengang dengan keajaiban ini dan mula mempersoalkan kepercayaan kepada Namrudz. Malah anak perempuan Namrud sendiri yaitu Puteri raja mulai mempercayai agama yang dibawa oleh dia. Lalu Puteri itupun mengaku di hadapan khalayak ramai bahwa Tuhan Ibrahim adalah Tuhan yang sebenarnya. Ini telah menaikkan kemarahan dia yang mengarahkan tenteranya untuk membunuh puterinya itu. Puteri itupun menuju ke arah api yang besar itu lalu berkata "Tuhan Ibrahim selamatkanlah aku".Puteri raja pun turut terselamat dari terbakar dan dalam api yang membara itu kerena dia mengucap kalimat syahadat. Tindakan durhaka puterinya menjadikan hati Raja Namrud semakin membara. Namrudz dan tenteranya puas mencari puteri raja tetapi puteri itu telah hilang. Selepas sekian lama, merekapun pulang dan mendapati bahawa Ibrahim turut terlepas. Setelah peristiwa ini, Namrudz kian gelisah kerana rakyatnya mula hilang kepercayaan dengan kekuasaannya.

2. Kan’an yang menganggap bencana bumi hanya gejala alam yang bisa terjadi setiap tahunnya



Nuh membuat revolusi pemikiran. Ia berada di puncak kemuliaan dan kecerdasan. Ia merupakan manusia terbesar di zamannya. Ia bukan seorang raja di tengah-tengah kaumnya, bukan penguasa mereka, dan bukan juga orang yang paling kaya di antara mereka.
"Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (QS. al-Isra': 3)
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): 'Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami
yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang berdusta. " (QS. Hud: 25-27)
"Berkata Nuh: 'Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya? Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.' Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, siapakah yang dapat menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkan kamu mengambil pelajaran?' Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): 'Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui hal yang gaib, dan tidak pula aku mengatakan: 'Sesungguhnya aku adalah malaikat,' dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: 'Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada mereka. Sesungguhnya aku kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. Hud: 28-31)
Nuh mematahkan semua argumentasi orang-orang kafir dengan logika para nabi yang mulia. Yaitu, logika pemikiran yang sunyi dari kesombongan pribadi dan kepentingan-kepentingan khusus. Nabi Nuh berkata kepada mereka bahwa Allah SWT telah memberinya agama, kenabian, dan rahmat.
"Mereka berkata: 'Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.' Nuh menjawab: 'Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. " (QS. Hud: 32-34)
Nabi Nuh menambahkan bahwa mereka tersesat dari jalan Allah SWT. Allah-lah yang menjadi sebab terjadinya segala sesuatu, namun mereka memperoleh kesesatan disebabkan oleh ikhtiar mereka dan kebebasan mereka serta keinginan mereka.
"Dan mulailah Nuh membuat bahtera itu. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: 'Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakan dan yang akan ditimpa azab yang kekal." (QS. Hud: 38-39)
Istri Nabi Nuh tidak beriman kepadanya sehingga ia tidak ikut menaiki perahu, dan salah satu anaknya menyembunyikan kekafirannya dengan menampakkan keimanan di depan Nabi Nuh, dan ia pun tidak ikut menaikinya.
"Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah memancarkan air, Kami berfirman: 'Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula) orang-orang yang beriman.' Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. " (QS. Hud: 40)
Ketika mula-mula datang topan, Nabi Nuh memanggil-manggil putranya. Putranya itu berdiri agak jauh darinya. Nabi Nuh memanggilnya dan berkata:
"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." (QS. Hud: 42)
Anak itu menjawab ajakan ayahnya:
"Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah." (QS. Hud: 43)
Nabi Nuh kembali menyerunya:
"Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain orang yang dirahmati-Nya. " (QS. Hud: 43)
Selesailah dialog antara Nabi Nuh dan anaknya.
"Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. " (QS. Hud: 43)
Nuh ingin berkata kepada Allah SWT bahwa anaknya termasuk dari keluarganya yang beriman dan Dia menjanjikan untuk menyelamatkan keluarganya yang beriman. Allah SWT berkata dan menjelaskan kepada Nuh keadaan sebenarnya yang ada pada anaknya:
"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya perbuatannya tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikatnya). Aku memperingatkan kepa-damu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.'" (QS. Hud: 46)
Anaknya menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan. Lalu Allah SWT memberitahukan kepada Nuh ilmu gaib yang khusus dimiliki-Nya. Yakni Allah SWT memberitahunya keadaan sebenarnya dari anaknya. Allah SWT ketika menasihatinya agar jangan sampai ia menjadi orang-orang yang tidak mengerti. Dia ingin menghilangkan darinya anggapan bahwa anaknya beriman kemudian mati bersama orang-orang kafir.

1. Qurban Qobil yang tidak diterima Alloh

Karena Qabil tetap berkeras kepala tidak mau menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dinikahkan dengan adik kembarnya sendiri ‘Iqlima’ maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan, beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya ialah bahwa masing- masing dari Qabil dan Habil harus menyerahkan korban kepada Tuhan dengan catatan bahwa barang siapa di antara kedua saudara itu diterima korbannya ialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya.

Qabil dan Habil menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rusak dan busuk kemudian diletakkan kedua korban itu kambing Habil dan gandum Qabil di atas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis korban itu.

Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit di mana kedua korban itu diletakkan, terlihat api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang korban Habil yang seketika itu musnah termakan oleh api sedangkan karung gandum kepunyaan Qabil tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap tinggal utuh.

Bahkan sejarah mencatat, Qobil akhirnya membunuh Habil. Bukan hal dosa pembunuhan pertama dalam sejarah manusia namun motif Qobil yang mengabaikan nasihat Habil terhadap Qurban yang didasarkan tulus dan ikhlas karena Alloh itu yang diterima, Habil mengajak Qobil untuk berserah diri terhadap keputusan Alloh. Karena hanya mengikuti hawa nafsu, maka Aqidah Qobil dipertanyakan?.